Jumat, 07 Agustus 2015

blog bumi: blog bumi: EXPLORASI MINERAL DAN ENERGY

blog bumi: blog bumi: EXPLORASI MINERAL DAN ENERGY: blog bumi: EXPLORASI MINERAL DAN ENERGY : Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu secara positif ...

blog bumi: EXPLORASI MINERAL DAN ENERGY

blog bumi: EXPLORASI MINERAL DAN ENERGY: Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bah...

Asal Usul Pembentukan Batu Setengah Mulia (Akik)

 Asal-usul batu akik atau batu mulia merupakan golongan elite dan istimewa dari alam. Kenapa disebut elite? dikarenakan golongan ini berada di sekitar 3000-an jenis mineral di dalam Bumi, dan hanya terdapat 150-200-an yang bisa digolongkan jenis batu mulia tersebut.
Seorang pakar geologi dari Museum Geologi Bandung (MGB) mengungkapkan bahwa sebagaimana mineral alam lainnya, pembentukan batu mulia (akik) terjadi melalui proses geologi yang sangat panjang yaitu melalui diferensi magma, metamorfosa atau sedimentasi.
batu akik
Batu Akik – Ist


Proses awal pembentukan batu mulai terjadi ketika adanya aktivitas di dapur magma di dalam perut Bumi, batuan cair tersebut bersuhu di atas 1000 derajat celcius dan terus bergerak dalam mantel bumi (selubung). Di luar mantel bumi lapisan kerak yang tersusun rapi dari lempeng-lempeng yang secara terus-menerus bertumbukan sehingga menyisakan banyak retakan. Adanya tekanan yang kuat dari dalam, cenderung mendorong magma untuk mencari jalan keluar ke permukaan. Ketika cairan super panas yang bertekanan tinggi tersebut mulai menaik, maka cairan magma ini akan melarutkan berbagai batuan lain yang ada disekitarnya. Maka terjadilah proses pelarutan atau ubahan hidrotermal.
Dan batuan yang terbentuk di lapisan luar mantel bumi adalah Intan di kedalaman 161 kilometer. Di kedalaman tersebut, tekanan sudah mencapai 4 gpa dan bersuhu lebih dari 1.350 derajat celcius. Tekanan yang luar biasa kuatnya dengan suhu yang luar biasa panasnya, kemudian mengubah mineral karbon an-organik di kerak Bumi yang dilewati hidrotermal akan berubah menjadi batuan intan.
Dan batuan yang terbentuk di lapisan luar mantel bumi adalah Intan di kedalaman 161 kilometer. Di kedalaman tersebut, tekanan sudah mencapai 4 gpa dan bersuhu lebih dari 1.350 derajat celcius. Tekanan yang luar biasa kuatnya dengan suhu yang luar biasa panasnya, kemudian mengubah mineral karbon an-organik di kerak Bumi yang dilewati hidrotermal akan berubah menjadi batuan intan.
Batuan intan yang diketemukan sekarang merupakan hasil pembentukan proses jutaan bahkan miliaran tahun dari proses erupsi magmatisasi yang sangat kuat sehingga batuan intan muncul ke permukaan bumi. Bantuan intan diketemukan pertama kali di kimberlite Afrika Selatan. Disebutkan bahwa intan merupakan golongan batuan mulia yang memiliki banyak keistimeaan serta kekerasanya. Dalam golongan batu mulia, skala kekerasan intan mencapai 10 mohs, disusul batuan safir dan rubi (mirah delima) yang mencapai 9 mohs, zamrud mencapai 7-8 mohs. Sedangan Batuan Akik atau gemstone golongan batuan setengah mulia
Berbeda dengan intan, bahwa batuan akik terbentuk saat larutan hidrotermal semakin mendingin karena sudah semakin dekat dengan permukaan, sambil berjalan ke atas, dia mengisi rekahan dan pori-pori batuan, fosil kayu hingga membatu. Batuan akik terbentuk oleh tudung-tudung siliki atau larutan hidrotermal yang tidak jauh dari permukaan bumi. Dan pembentukannya dengan temperature sekitar 300 derajat celcius.
Batuan akik dapat ditemui hampir di seluruh wilayah Indonesia, dari 34 provinsi di Indonesia, hanya di Jakarta tidak mempunyai batuan akik. Sementara itu, Intan hanya ditemukan di Kalimantan, dan Intan yang diketemukan di Kalimantan bukan berasal dari intinya, melainkan batuan intan yang berasal dari sumber sekunder yang diendapkan atau terbawa air dari tempat lain. Para pakar geologi hampir sejak zaman Belanda memburunya, tetapi tidak ditemukan primernya seperti diketemukan di Kimberley, Afrika Selatan.
Kekayaan alam berupa batuan mulai dan setengah mulai (batu akik) tersebut disebabkan karena aktivitas geologi di Indonesia sejak jutaan tahun silam. Sejauh ini aktivitas geologis tertua di Indonesia yang terlacak terjadi sekitar 400-an tahun silam, diketemukan dari fosil sejenis kerang yang berada di puncak gunung Papua. Ini menandai aktivitas tektonik yang luar biasa yang mengangkat dasar laut sehingga membentuk pegunungan tertinggi di Indonesia.
yang memiliki kekerasan sekitar 7 mohs. 

CiriCara.com – Cincin batu akik belakangan ini memang tengah populer di Tanah Air. Dari kalangan masyarakat biasa sampai pejabat pun sudah bayak yang hobi mengoleksi cincin batu akik tersebut. Bahkan, ada juga anak-anak yang sudah pakai cincin batu akik lho.



Istri mantan Presiden Susili Bambang Yudhoyono (SBY), Ibu Ani Yudhoyono juga punya koleksi cincin batu akik. Bahkan, koleksi Ibu Ani ini sempat menarik perhatian karena terdapat lafaz Allah di cincin batu miliknya. Wah, kira-kira berapa ya harganya?
Karena kian populer, banyak penjual tidak bertanggung jawab yang menjual cincin batu palsu demi meraup keuntungan. Untuk itu, kamu yang ingin membeli cincin batu akik diharap untuk lebih berhati-hati lagi. Jangan sampai tertipu membeli batu palsu atau batu biasa.
Nah, buat kamu yang masih awam soal batu akik, berikut ada beberapa tips atau cara untuk membedakan mana batu akik yang asli dan mana yang palsu. Langsung saja yuk simak penjelasannya!
1. Berat: batu akik yang asli bobotnya lebih berat dibanding batu palsu. Apabila dipegang, batu akik ini juga terasa lebih padat dibanding batu palsu. Butuh ketelitian dan kepekaan agar kamu bisa merasakan perbedaan berat ini.
2. Suhu: batu akik asli suhunya lebih dingin dibanding batu palsu atau sintetis/kaca. Untuk mengujinya, kamu bisa tempelkan cincin batu yang akan dibeli ke bagian kulit yang paling sensitif, seperti pipi. Jika terasa panas, itu berarti batu palsu.
3. Dibakar: batu akik asli noda bekas pembakaran akan mudah dihapus. Sedangkan batu palsu akan meninggalkan noda yang tidak bisa dihapus. Untuk mengujinya, kamu bisa membakar sedikit diujung batu yang kamu miliki. Setelah itu coba hapus noda hitamnya.
Selain noda yang mudah dihapus, batu akik asli juga akan cepat dingin setelah dibakar. Tapi, kalau batu palsu itu panasnya lama turun setelah dibakar.
4. Apabila dua batu akik dibenturkan atau digesekkan satu sama lain, maka akan muncul percikan api. Jika batu yang kamu punya tidak memercikkan api saat digesekkan, ini adalah batu palsu. Sebaiknya uji coba ini dilakukan di tempat gelap, karena efek percikan api ini sangat kecil dan hanya bisa dilihat di kegelapan saja.
5. Batu akik asli terdapat serat alami di dalamnya. Untuk melihatnya kamu bisa pakai bantuan senter. Sedangkan batu sintetis atau palsu tidak memiliki serat. Meskipun ada yang memiliki serat, serat tersebut tidak alami dan akan terlihat seperti ada gelembung-gelembung kecil. Hal ini disebabkan adanya udara yang terperangkap saat pembuatan batu sintetis tersebut.
6. Meneteskan air: Batu akik asli apabila ditetesi dengan air pada bagian permukaannya, maka akan licin tidak pecah. Jika sebaliknya, itu artinya batu tersebut palsu. Namun, cara seperti ini bukan metode baku.
Untuk mendapatkan batu akik yang sudah terjamin keasliannya, sebaiknya kamu beli di tempat atau penjual yang memang sudah terpercaya. Jangan pernah tergiur dengan harga yang murah, karena bisa saja itu batu palsu.


Selasa, 07 Juli 2015

STRUKTUR GEOLOGI DAN SEDIMENTASI BATUBARA FORMASI BERAU


Abstract


Perkembangan Sub-Cekungan Batubara Berau selama Tersier di Kalimantan Timur berada di continental plate margin dalam suatu sistem passive margin, berhubungan dengan regangan (rifting) Selat Makasar. Formasi Berau merupakan formasi pembawa batubara di Sub-Cekungan Berau yang berumur Miosen Tengah. Proses pengendapan batubara Formasi Berau di lingkungan delta melalui sisi flexure bidang sesar normal halfgraben berupa sliding gravity.
Pengaruh struktur geologi terhadap lapisan batubara baik vertikal maupun lateral secara langsung berpengaruh terhadap ketebalan lapisan batubara, kualitas dan kelayakan penambangannya. Baik dalam skala besar maupun kecil khususnya karakter internal dan eksternal susunan lapisan batubara atau sedimen pengapitnya. Karakter struktur endapan batubara dapat untuk memecahkan permasalahan korelasi stratigrafi, perhitungan cadangan / sumber daya batubara dan sebaran kualitas batubara sebelum dilakukan rancangan penambangan. Pertimbangan struktur geologi tersebut untuk mengetahui pola sebaran batubara dan sejauh mana pengaruh sebaran batubaranya. Tulisan ini disusun selama penulis mengikuti kegiatan eksplorasi di Binungan Blok 1 – 4, dan pengamatan singkapan di Binungan Blok 1 - 4 PIT K, dan Sambarata PIT Gaharu.
KAJIAN TEORI STRUKTUR GEOLOGI LAPISAN BATUBARA
1. FAKTOR SYN-DEPOSITIONAL
Secara umum sedimen pembawa batubara diendapkan mulai dari tepi hingga tengah cekungan, sedangkan struktur geologi sangat berpengaruh terhadap akumulasi sedimen dan jumlah suplai material rombakan yang diperlukan guna mengetahui runtunan lapisan batubara, sebaran dan ciri lingkungan pengendapanya. Efek diagenesa selama akumulasi sedimen berlangsung bisa menyebabkan deformasi struktur (pensesaran dan perlipatan), seperti gaya tekan ke arah bawah terhadap semua lapisan sedimen dan batubara.
2. FAKTOR MIKRO-STRUKTUR
Gabungan akumulasi ketebalan sedimen dan kecepatan penurunan cekungan menyebabkan ketidak stabilan terutama di bagian tepi cekungan. Akibat adanya struktur pembebanan ketika sedimen masih dalam bentuk fluida, menyebabkan sedimen pembawa batubara terlihat berbentuk struktur slumping,
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
ciri lain seperti: injeksi sedimen ke dalam lapisan bagian atas dan bawah (klastik dike) Contoh injeksi lapisan batubara yang menerobos lapisan sedimen seperti di high wall Binungan Blok 7, PIT K seam O.
Kehadiran perselingan mudstone, sandstone dan batubara dibawah kondisi struktur pembebanan, bisa menyebabkan perubahan variasi lapisan batubara seperti : erosi di bagian dasar lapisan batubara oleh channel sandstone, flame structure, distorted dan dislocated ripples, fold and contorted bedding (Gambar 1).
Gangguan ketidakstabilan lingkungan pengendapan, merupakan salah satu petunjuk adanya reaktifasi kembali sesar-sesar normal akibat struktur pembebanan dari akumulasi sedimen di cekungan, umumnya menghasilkan sedimen sistem aliran gravitasi (gravity flow) (Gambar 2)
3. FAKTOR MAKRO-STRUKTUR
Sesar dalam cekungan sedimen bisa menerus dan aktif kembali sehingga bisa mempengaruhi lapisan batubaranya, seperti : ketebalan serta karakter susunan lapisan sedimennya. Pengaruh sesar growth fault dalam cekungan tektonik bisa menyebabkan penebalan lapisan batubara secara setempat, hal ini disebabkan penurunan cekungan akibat pensesaran. Sedangkan di daerah paparan relatif stabil dan kecepatan penurunan relatif lebih lambat. Dengan demikian kecepatan progradasi pengendapan sedimen yang dikontrol oleh growth fault relatif lebih cepat dibandingkan pengendapan di daerah paparan.
Sesar growth fault berpengaruh terhadap proses pengendapan sedimen, bidang sesar growth fault tersebut merupakan zona bidang gelincir (failure) menyebabkan gravity sliding berupa longsoran sedimentasi di cekungan tersebut. Tekanan yang sangat kuat terhadap batupasir lempungan yang belum kompak menyebabkan gradient patahannya besar. Bagian atasnya curam dan landai ke arah bidang lapisan patahan (flexure) di sepanjang roof lapisan batubara. Sesar-sesar tersebut akan mengerosi sebagian, sebelum sedimennya longsor ke bawah.
Lapisan batubara yang mengalami splitting (bercabang) merupakan petunjuk adanya sesar growth fault. Reaktivasi kembali sesar-sesar tersebut dapat menghasilkan bentuk lapisan batubara yang melengkung ke bawah dan ke atas, dan selanjutnya diikuti lapisan sedimen non batubara yang bentuknya melengkung juga (Gambar 3).
Perubahan secara periodik di level dasar lingkungan delta plain serta pengaruh pergerakan sesar, menyebabkan perubahan karakter perkembangan batubara, hal ini seiring dengan naiknya muka air rawa. Dengan demikian batubara akan berkembang lebih intensif, sedangkan pengaruh masuknya material rombakan non batubara sangat kecil, sehingga kandungan abu (ash) batubaranya rendah. Jika terjadi penurunan muka air, maka akumulasi batubara akan terhambat perkembangannya, sedang material rombakan sedimen semakin besar menyebabkan kandungan abu (ash) tinggi atau bahkan seluruh lapisan batubara ashnya bisa tinggi. Di sisi lain batubara yang terendam air (low moor) kemungkinan bisa terkontaminasi air laut, sehingga menghasilkan kandungan sulfur yang lebih tinggi terutama di bagian top lapisan batubara
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
Gambar 1. Struktur deformasi akibat pembebanan sedimen menghasilkan distorted dan dislocated bedding terhadap lapisan batubara.
Gambar 2. Ketidakstabilan cekungan batubara
di beberapa tempat, menyebabkan reaktifasi kembali sesar normal half graben, terjadi longsoran gravity sliding (slumping).
Coal
Coal
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
Gambar 3 Menjelaskankan kemungkinan terbentuknya splitting lapisan batubara yang disebabkan perubahan pergerakan sesar selama pengendapan gambut berlangsung.
Keterangan gambar 3.
Gambar 3(A), Pergerakan sesar mengakibatkan pelengkungan lapisan batubara.
Gambar 3(B), Ketika lapisan gambut mengalami pelengkungan, di atasnya diendapkan sedimen mudstone, dan setelah aktifitas berhenti akumulasi gambut berkembang lagi menyesuaikan level semula dari bagian top lapisan gambut yang tidak mengalami splitting.
Gambar 3(C), Pergerakan sesar terhadap lapisan batubara memberikan 2 pengertian, sebagian mengalami pengangkatan sebagai awal batubara tersebut akan splitting dan sebagian mengalami penurunan menghasilkan splitting batubara.
Growth fold bisa mempengaruhi pola pengendapan cekungan batubara, adanya kecepatan erosi dan sedimentasi menyebabkan pengendapan batubara di beberapa tempat. Adanya pemotongan channel oleh suplai rombakan sedimen yang terus membumbung dapat membentuk sand bar.
Akumulasi gambut yang terus berkembang dalam runtunan lapisan sedimen mudstone yang tebal, membentuk lipatan oversteeply, hal ini disebabkan mudstone tersebut terkompresi ke arah bawah di kedalaman tertentu, menyebabkan lapisan sedimen tertekan ke atas, akibatnya secara setempat di daerah tersebut membentuk antiklin- sinklin, selain itu terlihat intrusi sedimen klastik dari bawah menorobos lapisan sedimen di atasnya.
Sub-Cekungan Batubara Berau, umumnya pola strukturnya tersusun stabil di batuan yang berumur Tersier. Bentuk antiklinnya mulai dari landai hingga curam atau bahkan menunjam dan merupakan satu kesatuan antara sesar normal dan steep reverse fault yang berada di sekitar sumbu lipatan.
Sinklin yang terbentuk relatif luas dan lebar dengan kemiringan dip kecil, sedangkan transisi antara dua struktur tersebut merupakan dasar adanya representasi jenis sesar steep reverse fault. Pembentukan lipatan growth fold disebabkan oleh sliding gravity melalui bidang sesar steep reverse fault. Lipatan growth fold terbentuk karena gravity sliding yang telah lanjut dan berasosiasi dengan akumulasi sedimen yang sangat tebal seperti di Sub-Cekungan Batubara Berau serta pengaruh tegasan tension akibat rifting.
Pola struktur tersebut dapat dilihat di Sub-Cekungan Berau yaitu berupa antiklin dan sinklin, contoh : Blok Sambarata PIT Gaharu, PIT Agatis merupakan sayap antiklin-sinklin, dip relatif ke arah ke barat, besar dip 50° – 55°, diasumsikan bahwa dip besar di sayap antiklin-sinklin tersebut merupakan bagian kepala dari bentuk slumping, pergerakan bidang sesar thrust fault relatif searah bidang perlapisan batuan. Kedudukan dip yang besar di bagian kepala slumping menyebabkan penebalan lapisan batubara dan peningkatan nilai kalori.
Sinklin Rantau Panjang merupakan sinklin simetri dengan dip relatif landai 10° – 15°, tebal batubara hingga 3,5 meter, diasumsikan kedudukan dip landai merupakan manifestasi dari bentuk ekor dari slumping.
Progradasi pengendapan sedimen di lingkungan delta berlangsung cepat sesuai dengan arah pengendapannya (resultant) hingga menuju lingkungan fluvial (fase regresi), menyebabkan jumlah lapisan batubara menjadi multiple seam.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
4. POST - DEPOSITIONAL
Struktur geologi yang dihasilkan dari post-depositional adalah : kekar, sesar, dan lipatan. Kehadiran mineral presipitasi seperti gypsum juga merupakan hasil post-depositional.
a. SESAR
Sesar normal sebagai produk tegasan utama vertikal hasil gaya gravitasi,sesar normal umum dijumpai di lapisan batubara yaitu di bagian sayap-sayap lipatan,pergeserannya dapat mencapai beberapa meter, dip bidang sesar normal mulai 60° – 70° (Gambar 4).
Sesar dapat menyebabkan seretan (drag) sepanjang bidang patahan, sehingga batuan sekelilingnya juga bergeser sepanjang arah pergeseran dari sesar tersebut. Apabila berupa sesar besar (major fault) maka sesar tersebut dapat menggeser seluruh lapisan batuan dan batubara hingga beberapa meter, dimana zona sesar tersebut berupa bidang hancuran dan bisa terlihat di high wall tambang batubara terbuka (gambar 5). Zona hancuran dari zona sesar tersebut dapat dilihat, salah satunya di Binungan Blok 7, PIT K. high wall.
Pembentukan sesar normal dalam skala besar disebabkan oleh gaya tension yang tertarik karena regangan (rifting) di continental crust, searah dengan sesar-sesar normal yang terjadi secara di lokal area, sesar normal skala besar tersebut membentuk struktur geologi half grabben.
Gambar 4. sesar normal di lapisan batubara dengan throw 2 meter.
Coal
Coal
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
Gambar 5. Zona sesar di high wall tambang terbuka.
Bidang sesar sudut kecil menyebabkan pergerakannya relatif turun disebut sebagai sesar lag fault. Lag fault berasal dari retardation hanging wall selama pergerakan berlangsung. Sesar Lag Fault terletak di bagian atas dari thrust fault, sesar ini terbentuk karena retardation selama pergeseran berlangsung (gambar 6).
Gambar 6. Sesar Lag Fault di atas Thrust Fault
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
Pembentukan sesar reverse fault disebabkan oleh system arah tegasan utamanya horizontal sedang tegasan terkecil adalah vertical. Reverse fault dengan bidang sesar sudut besar, merupakan zona struktur yang luas dan berasosiasi dengan pengangkatan regional Sub-Cekungan Batubara Berau (Neogen Syn-Orogenic Regression Phase), hal ini terbukti dengan adanya intrusi batuan beku andesit di Sub -Cekungan Berau. Sesar reverse fault dengan bidang sesar sudut kecil (< 45°) lebih umum ditemukan (Gambar 7).
Gambar 7. Pergeseran lapisan batubara akibat reverse fault, throw 1,5 meter
Apabila bidang sesar sudutnya kecil, pergeseranya lateral, maka sesar tersebut bisa digolongkan sebagai thrust fault. Bentuk sudut kecil sesar reverse fault dikontrol oleh batuan-batuan yang tersesarkan, terutama sekali bahwa bidang sesar thrust fault pergerakannya relatif mengikuti bidang perlapisan batuan dan sebagian memotong perlapisan batuan.
Susunan lapisan batubara, terdiri dari seat earth dan mudstone dengan sisipan batupasir, kadang-kadang bila bidang sesar sudut kecil pergerakannya sering mengikuti roof atau floor dari lapisan batubara. Dampak dari peristiwa tersebut adalah penurunan kualitas kualitas batubara, karena terkontaminasi oleh rombakan batuan sekelilingnya.
Tegasan tektonik yang bekerja terhadap lapisan batubara menghasilkan shear-shear dan pensesaran lapisan batubara, shear tersebut membentuk pola shear arcuate.
b. LIPATAN
Batubara dalam susunan runtunan lapisan umumnya terlipat menjadi beberapa jenis lipatan.
Kendala di lapangan adalah pembuktian bahwa dip tersebut adalah true dip atau apparent dip harus hati-hati, demikian juga adanya dissected terrain dip bisa nampak di sisi lembah. Hal ini kemungkinan bukan sebagai true dip perlapisan tetapi refleksi tinggian stuktural secara lokal, umumnya berupa tepi cekungan yang tidak stabil, menyebabkan terjadi pergerakan massa sedimen berbentuk slumping dan terlihat seperti perlapisan atau lipatan, dengan demikian kemiringan dip lapisan tampak sangat curam.
Gaya kompresi terhadap lapisan batubara selama perlipatan menghasilkan lipatan antiklin landai disertai adanya thrust sepanjang tonjolan
Coal
Coal
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
(nose) dari lipatan tersebut, bentuk seperti ini adalah jenis antiklin queue.
Lapisan bisa mengalami penipisan di bagian tengah (pinch out) sepanjang
sayap lipatan fold limb dan terlihat seperti aliran sepanjang sumbu antiklin
(Gambar 8). Peristiwa tersebut kira-kira berasal dari 2 arah normal antara satu
dengan lainnya, batubara tersebut terkonsentrasi sehingga membentuk struktur
pepper-pot, gambaran umum seperti ini hanya dijumpai di daerah tektonik kuat,
sehingga mengalami deformasi yang intensif.
Gambar 8. Pembentukan sesar naik melalui proses lipatan
Gambar 9. Model rekonstrusi pengendapan progradasi delta Formasi Berau di
Sub-Cekungan Berau. Slumping – Lipatan (Growth Fold) – Growth Fault
Sand Bar
Coal
Formasi Berau
Reverse Fault
Reverse Fault
( D )
( B )
Growth fault
Timu                         Barat r
Ekor Thrust Fault
Kepala
Slumping
Slumping
Half Graben (normal fault)
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
5. RESUME
1. Formasi Berau merupakan formasi pembawa batubara di Sub-Cekungan Berau selama Miosen Tengah diendapkan melalui proses progradasi delta, berupa sliding gravity membentuk struktur slumping, perlipatan (growth fold) berupa antiklin-sinklin, dan growth fault (thrust fault, reverse fault). Rezim tegasan yang bekerja adalah ekstensional, produk rifting, membentuk halfgraben berupa sesar-sesar normal.
Akibat sliding gravity menyebabkan penimbunan akumulasi sedimen yang tebal menghasilkan struktur pembebanan slumping berupa growth fold kemudian diikuti dengan pembentukan growth fault. Perkembangan growth fault dimulai dengan pembentukan thrust fault (sudut kecil), dimana sudut bidang sesar < 45° pergerakannya relatif mengikuti bidang lapisan, kemudian berkembang menjadi reverse fault (sudut besar) dimana sudut bidang sesarnya > 45° dan pergerakannya akan memotong bidang lapisan batuan.
Dampak lain akibat struktur pembebanan saat diagenesa berlangsung adalah reaktivasi kembali sesar-sesar basement, menyebabkan splitting lapisan batubara dan injeksi fluida sedimen menerobos batuan sekitarnya dan pembentukan zona milonit di litologi shale.
Struktur pembebanan sangat berperan penting menghasilkan tegasan gravitasi membentuk shear-shear fracture dan shear tersebut memotong bidang perlapisan batuan dan relatif searah dengan bidang bidang perlapisan batuan, dengan demikian shear tersebut merupakan bidang shear flexure dan sangat berpotensi terjadi longsoran. Perkembangan shear-shear tersebut akan membentuk sesar normal, secara umum throw pergeseran sesar normal hanya beberapa meter. kasus ini bisa dilihat di high wall Binungan 7 PIT K.
Asumsi penulis, bentuk geometri slumping terdiri dari kepala dan ekor. Bagian kepala mempunyai kedudukan dip besar (> 45°), Sambarata PIT Gaharu kemiringan dip lapisan antara 50° – 55°, sedangkan bentuk ekor mempunyai dip rendah (landai), Sinklin Lati merupakan sinklin sudut kecil (landai), terbentuknya sinklin tersebut karena pengaruh tegasan deformasi hasil pergerakan sesar-sesar antara thrust fault dan reverse fault dengan dimensi relatif sempit, sedangkan pembentukan antiklin – sinklin dimensi jarak antara thrust fault dan reverse fault adalah lebih lebar. Ketebalan batubara di bagian kepala dari struktur slump dengan dip curam lebih tebal dan rank batubaranya lebih tinggi dibanding lapisan batubara di bagian ekor slump dengan dip landai.
Siklus perulangan sistem progradasi delta akan diikuti dengan siklus pembentukan rawa gambut sehingga jumlah lapisan batubara yang dihasilkan menjadi multiple seam, seperti yang ada di Sub-Cekungan Berau.
Bentuk dan pola pengendapan delta memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pola sesar-sesar yang ada di wilayah Sub-Cekungan Berau.
2. Faktor-faktor pembentukan struktur geologi di Sub-Cekungan Berau.
a. Syn-depositional, bersamaan dengan proses diagenesa sedimen berlangsung.
b. Mikro-Struktur
Deformasi struktur akibat pembebanan seperti injeksi fluida sedimen menerobos batuan sekitarnya, pelengkungan sedimen (lipatan mikro),
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 1, Januari 2009
zona milonite (shale) dan sesar-sesar minor di bagian bottom lapisan batubara.
c. Makro-Struktur
Pembentukan struktur slump – lipatan growth fold – sesar growth fault
d. Post-depositional : kekar, sesar normal, lipatan.
3. Sedimen-Sedimen Pembawa Lapisan Batubara adalah :
Endapan Overbank (coal swamp), Endapan Splay, Endapan Levee dan Endapan Channel diendapkan di lingkungan delta plain. Singkapan endapan-endapan tersebut di lapangan tertutup oleh endapan batupasir Sand Bar.
4. Gangguan sedimentasi batubara terutama aktifitas pergerakan channel bisa
menyebabkan terjadi washout, parting dan splitting batubara.
5. Variasi jenis tumbuhan pembentuk, bentuk morfologi dasar cekungan rawa dan perubahan muka air, sangat berpengaruh terhadap penebalan dan penipisan lapisan batubara. Adanya penebalan-penipisan dari setiap lapisan batubara, hal ini harus menjadi pertimbangan bagi evaluation geologist dalam menentukan interval seam ketika akan berpindah dari pilot hole ke target hole.
REFERENSI
Anonim, 1999, Geology Map PT. Berau Coal, East Kalimantan, (unpublished).
Anonim, Cropline Coal Map, Binungan 1 – 2, PT. Berau Coal, East Kalimantan (unpublished).
Anonim, Geo. Operation Job Descriptions PT. Berau Coal, East Kalimantan (unpublished).
Koesoemadinata.R.P.2000,Outline of Tertiary Coal Basin of Indonesia.
Reading. G.H., 1982, Sedimentary Environments and Facies, Department of Geology and Mineralogy, University of Oxford, Balckwell Scientific Publications. 15 – 59p, 97 – 142p.
Thomas. L., 1992, Practical Coal Geology. John Wiley & Sons Ltd. 66 – 93p.

BATUBARA


Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah dikenai pengaruh-pengaruh synsedimentary dan post-sedimentary. Akibat pengaruh-pengaruh tersebut dihasilkanlah batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan struktur yang bervariasi.

Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Potensi batubara Indonesia masih memungkinkan untuk lebih ditingkatkan lagi dengan memberikan prioritas yang lebih besar pada pengembangan dan pemanfaatannya untuk meningkatkan peranan batubara.
Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.

Di Indonesia produksi batubara pada tahun 1995 mencapai sebesar 44 juta ton. Sekitar 33 juta ton dieksport dan sisanya sebesar 11 juta ton untuk konsumsi dalam negeri. Dari jumlah 11 juta ton tersebut 60 % atau sekitar 6.5 juta ton digunakan untuk pembangkit listrik, 30 % untuk industri semen dan sisanya digunakan untuk rumah tangga dan industri kecil.

Materi Pembentuk Batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Hasil endapan batubara dari periode ini sangat sedikit.
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari periode ini.
Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tumbuh-tumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

Potensi batubara di Indonsia masih memungkinkan untuk lebih ditingkatkan lagi dengan memberikan prioritas yang lebih besar pada pengembangan dan pemanfaatannya untuk meningkatkan peranan batubara menjelang tinggal landas pada awal Pelita VI. Salah satu dukungan yang disarankan adalah pemantapan perencanaan dan pelaksanaan produksi secara terpadu, sehingga kapasitas produksi selalu dapat memenuhi peningkatan permintaan batubara baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan memerlukan waktu yang lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan geologi. Untuk memahami bagaimana batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui di mana batubara terbentuk dan factor-faktor yang akan mempengaruhinya, serta bentuk lapisan batubara.

Pembentukan Batubara
Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan mati dengan komposisi utama dari cellulose. Proses pembentukan batubara atau coalification yang dibantu oleh factor fisika, kimia alam akan mengubah cellulosa menjadi lignit, subbitumine dan antrasite. Gas-gas yang terbentuk selama proses pembentukan batubara akan masuk ke dalam celah-celah vein batulempung dan ini sangat berbahaya. Gas metan yang sudah terakumulasi di dalan celah vein, terlebih-lebih apabila terjadi kenaikan temperature, karena tidak dapat keluar, sewaktu-waktu dapat meledak dan terjadi kebakaran. Oleh karena itu, mengatahui bentuk deposit batubara dapat menentukan cara penambangan yang akan dipilih dan juga meningkatkan keselamatan kerja.

Tempat Terbentuknya Batubara
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan (coalification).

Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam).

Gambar 1. Proses Terbentuknya Batubara

Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period) --dikenal sebagai zaman batu bara pertama-- yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik'. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi batu bara muda (lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah.

Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka batu bara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite).

Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara. Berikut ini ditunjukkan contoh analisis dari masing --masing unsur yang terdapat dalam setiap tahapan pembatubaraan.

Tabel 1. Contoh Analisis Batubara (daf based)


Dalam pembentukan batubara, semakin tinggi tingkat pembatubaraan,maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau kualitas batubara, maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula batubara bermutu rendah-- seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.

Untuk menjelaskan tempat terbentuknya batubara, dikenal dua macam teori yaitu :
a. Teori Insitu
Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara, terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengetahui proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terebentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relative kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di lapangan batubara Muara Enir – Sumatera Selatan.

b. Teori Drift
Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati di angkut oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat, tertutupoleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi di jumapi dibeberapa tempat, kualitas kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan dilapangan batubara delta Mahakam Purba – Kalimantan Timur.

Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Batubara
Cara terbentuknya batubara merupakan proses yang komples, dalam asti harus dipelajari dari berbagai sudut yang berbeda. Terdapat serangkaian factor yang diperlukan dalam pembentukan batubara yaitu

a. Posisi Geotektonik
Adalah suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng. Dalam pembentukan cekungan batubara, posisi geotektonik merupakan factor yang dominan. Posisi ini akan mempengaruhi iklim local dan morfologi cekungan pengendapan batubara maupun kecepatan penurunannya. Pada fase terakhir, posisi geotektonik mempengaruhi proses metamorfosa organic dan struktur dari lapangan batubara melalui masa sejarah setelah pengendapan akhir.

b. Topografi (Morfologi)
Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara tersebut terbentuk. Topografi mungkin mempunyai efek yang terbatas terhadap iklim dan keadaannya bergantung pada posisi geotektonik.

c. Iklim
Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan merupakan factor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai. Iklim tergantung pada posisi geografi dan lebih luas lagi dipengaruhi oleh posisi geotektonik. Temperature yang lembab pada iklim tropis dan sub tropis pada umumnya sesuai untuk pertumbuhan flora dibandingkan wilayah yang lebih dingin. Hasil pengkajian menyatakan bahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setipa 7 – 9 tahun dengan ketinggian pohon sekitar 30 meter. Sedangkan pada iklim yang lebih dingin, ketinggian pohon hanya mencapai 5 – 6 meter dalam selang waktu yang sama.

d. Penurunan
Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tekonik. Jika penurunan dan pengandapan gambut seimbang akan dihasilkan endapan batubara tebal. Pergantian transgresi dan regresi mempengaruhi pertumbuhan flora dan pengendapannya. Hal ini menyebabkan adanya infiltrasi material dan mineral yang mempengaruhi mutu dari batubara yang terbantuk.

e. Umur Geologi
Proses geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan berbagai macam tumbuhan. Dalam masa perkembangan geologi secara tidak langsung membahas sejaran pengendapan batubara dan metamorfosa organic. Makin tua umur batuan makin dalam penimbunan yang terjadi, sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada batubara yang mempunyai umur geologi lebih tua selalu ada resiko mengalami deformasi tektonik yang membentuk struktur perlipatan atau patahan pada lapisan batubara. Disamping itu factor erosi akan merusak semua bagian dari endapan batubara.

f. Tumbuhan
Flora merupakan unsure utama pembentuk batubara. Pertumbuhan dari flora terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisografi dengan iklim dan topografi tertentu. Flora merupakan factor penentu terbentuknya berbagai tipe batubara. Evolusi dari kehidupan menciptakan kondisi yang berbeda selama masa sejarah geologi. Mulai dari Paleozoic hingga Devon pertamakali terbentuk lapisan batubara di daerah lagon yang dangkal. Periode ini merupakan titik awal dari pertumbuhan flora secara besar-besaran dalam waktu singkat pada setiap kontinen. Hutan tumbuh dengan subur selama masa Karbon. Pada masa tersier merupakan perkembangan yang sangat luas dari berbagai jenis tanaman.

g. Dekomposisi
Dekomposisi flora yang merupakan bagian dari transformasi biokimia dari organic merupakan titik awal untuk seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan gambut, sisa tumbuhan akan mengalami perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi. Setelah tumbuhan mati, proses degradasi biokimia lebih berperan. Proses pembusukan akan terjadi oleh kerja mikrobiologi (bakteri anaerob). Kecepatan pertumbuhan gambut bergantung pada kecepatan perkembangan tumbuhan dan proses pembusukan. Bila tumbuhan tertutup oleh air dengan cepat, maka akan terhindar oleh proses pembusukan, tetapi terjadi proses desintegrasi atau penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan yang telah mati terlalu lama berada di udara terbuka, maka kecepatan pembusukan gambut akan berkurang sehingga hanya bagian keras saja tertinggal yang menyulitkan penguraian oleh mikribiologi.

h. Sejarah Sesudah Pengendapan
Searah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi geotektonik yang mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan batubara. Secara singkat terjadi proses geokimia dan metamorfosa organic setelah pengendapan gambut. Di samping itu sejarah geologi endapan batubara bertanggung jawab terhadap terbentuknya struktur cekungan batubara, berupa perlipatan, persesaran, intrusi magmatic dan sebagainya.

i. Struktur Cekungan Batubara
Terbentuknya batubara pada cekungan, umumnya mengalami deformasi oleh gaya tektonik yang menghasilkan lapisan batubara dengan bentuk-bentuk tertentu. Disamping itu adanya erosi yang intensif menyebabkan bantuk lapisan batubara tidak menerus.

j. Metamorfosa Organik
Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau pengaburan oleh sedimen baru. Pada tingkat ini proses degradasi biokimia tidak berperan lagi tetapi lebih didominasi oleh proses dinamokimia. Proses ini menyebabkan terjadninya perubahan gambut menjadi batubara dalam berbagai mutu. Selama proses ini terjadi pengurangan air lembab, oksigen dan zat terbang serta bertambahnya prosentas karbon pada, belerang dan kandungan abu. Tekanan dapat disebabkan oleh lapisan sedimen penutup yang sangat tebal atau karena tektonik. Hal ini menyebabkan bertambahnya tekanan dan percepatan proses metamorfosa organic. Proses ini akan dapat mengubah gambut menjadi batubara sesuai dengan perubahan sifat kimia, fisik, dan optiknya.

Terbentuknya Lapisan Batubara Tebal

Lapisan batubara tebal merupakan deposit batubara yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Salam satu syarat yang dapat membentuk lapisan batubara tebal adalah apabila terdapat suatu cekungan yang oleh karena adanya beban pengendapan bahan-bahan pembentuk batubara di atasnya mengakibatkan dasar cekungan tersebut turun secara perlahan-lahan.

Cekungan ini umumnya terdapat didaerah rawa-rawa (hutan bahaku) di tepai pantai. Dasar cekungan yang turun secara perlahan-lahan dengan pembentukan batubara memungkinkan permukaan air laut akan tetap dan kondisi rawa stabil. Apabila karena proses geologi dasar cekungan turun secara cepat, maka air laut akan masuk ke dalam cekungan sehingga mengubah kondisi rawa menjadi kondisi laut.

Akibatnya di atas lapisan pembentuk batubara akan terendapkan lapisan sedimen laut antara lain batugamping. Pada tahap selanjutnya akan terjadi kembali pengendapan batulempung yang memungkinkan untuk kembali terbentuk kondisi rawa. Proses selanjutnya akan terkumpul dan terendapkan bahan-bahan pembentuk batubara (sisa tumbuhan) di atas lapisan batulempung. Demikian seterusnya sehingga terbentuk lapisan batubara dengan diselingi oleh lapisan antara yang berupa batugamping dan batulempung. Tidak jarang dijumpau lapisan batubara sering terbentuk lapisan antara yang berupa batulempung yang disebut sebagai clay band atau clay parting.

Bentuk Lapisan Batubara

Bentuk cekungan, proses sedimentasi, proses geologi selama dan sesudah proses pembentukan batubara akan menentukan bentuk lapisan batubara. Mengetahui bentuk lapisan batubara sangat menentukan dalam menghintung cadangan dan merencanakan cara penambangannya. Beberapa bentuk lapisan batu baru, yaitu :

a. Bentuk Horse Back
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan yang menutupnya melengkung kea rah atas akibat gaya kompresi. Ketebalan kea rah lateral lapisan batubara kemungkinan sama ataupun menjadi lebih kecil atau menipis.

b. Bentuk Pinch
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis dibagian tengah. Pada umumnya dasar dari lapisan natubara merupakan batuan yang plastis, misalnya batulempung. Sedang di atas lapisan batubara secara setempat ditutupi oleh batupasir yang secara lateral merupakan pengisian suatu alur.

c. Bentuk Clay Vein
Bentuk itu terjadi apabila di antara dua bagian deposit batubara terdapat urat lempung. Bentukan ini terjadi apabila pada satu seri deposit batubara mengalami patahan, kemudian pada bidang patahan yang merupakan rekahan terbuka terisi oleh material lempung ataupun pasir.

d. Bentuk Burried Hill
Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana batubara semula terbentuk terdapat suatu kulminasi sehingga lapisan batubara seperti “terintrusi”.

e. Bentuk Fault
Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana deposit batubara mengalami beberapa seri patahan. Keadaan ini akan mengacaukan di dalam perhitungan cadangan, akibat adanya perpindahan perlapisan akibat pergeseran kea rah vertical. Dalam melakukan eksplorasi batubara di daerah yang banyak gejala patahan harus dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi.

f. Bentuk Fold
Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana deposit batubara mengalami perlipatan. Makin intensif gaya yang bekerja pembentuk perlipatan akan makin komplek. Dalam melakukan eksplorasi batubara di daerah tersebut juga terjadi patahan harus dilakukan dengan tingkat ketilitian yang tinggi.

Klasifikasi Dan Kualitas Batubara

Mutu setiap batubara akan ditentukan oleh faktor suhu, tekanan, serta lama waktu pembentukan. Semua faktor tersebut, kemudian dikenal dengan istilah maturitas organik. Semakin tinggi maturitas organiknya, maka semakin bagus mutu batubara yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut, maka kita dapat mengidentifikasikan batubara menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Batubara dengan mutu rendah.
Batubara pada golongan ini memiliki tingkat kelembaban yang tinggi, serta kandungan karbon dan energi yang rendah. Biasanya batubara pada golongan ini memiliki tekstur yang lembut, mudah rapuh, serta berwarna suram seperti tanah. Jenis batubara pada golongan ini diantaranya lignite (batubara muda) dan sub-bitumen.

2. Batubara dengan mutu tinggi.
Batubara pada golongan ini memiliki tingkat kelembaban yang rendah, serta kandungan karbon dan energi yang tinggi. Biasanya batubara pada golongan ini memiliki tekstur yang keras, materi kuat, serta berwarna hitam cemerlang. Jenis batubara pada golongan ini diantaranya bitumen dan antrasit.

Pembahasan masing-masing jenis batubara dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Lignite, disebut juga batubara muda. Merupakan tingkat terendah dari batubara, berupa batubara yang sangat lunak dan mengandung air 70% dari beratnya. Batubara ini berwarna hitam, sangat rapuh dan seringkali menunjukkan struktur serat kayu. Nilai kalor rendah karena kandungan air yang sangat banyak (30-75 %), kandungan karbon sangat sedikit (60-68&), kandungan abu dan sulfur yang banyak (52.5-62.5). Batubara jenis ini dijual secara eksklusif sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Lignite dijumpai pada kondisi yang masih muda, berkisar Cretaceous sampai Tersier.


2. Sub-Bituminous: karakteristiknya berada di antara batubara lignite dan bituminous, terutama digunakan sebagai bahan bakar untuk PLTU. Sub-bituminous coal mengandung sedikit carbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang tidak efisien

3. Bituminous: batubara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat, terkadang cokelat tua. Bituminous coal mengandung 68 - 86% karbon dari beratnya dengan kandungan abu dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam industri dengan membentuknya menjadi kokas-residu karbon berbentuk padat.
4. Antrasit: peringkat teratas batubara, biasanya dipakai untuk bahan pemanas ruangan di rumah dan perkantoran. Batubara antrasit berbentuk padat (dense), batu-keras dengan warna jet-black berkilauan (luster) metalik dengan struktur kristal dan konkoidal pecah. Mengandung antara 86% - 98% karbon dari beratnya, 9,3% abu, dan 3,6% bahan volatile. Antarasit terbakar lambat, dengan batasan nyala api biru (pale blue flame) dengan sedikit sekali asap. Antrasit terbentuk pada akhir Karbon oleh pergerakan bumi yang menyebabkan pemanasan dan tekanan tinggi yang merubah material berkarbon seperti yang terdapat saat ini.



Batubara menurut waktu pembentukannya di Indonesia terdapat mulai skala waktu Tersier sampai Recent. Pembagiannya dapat dijelaskan sebagai berkut:
1. Batubara paleogen, merupakan batubara yang terbentuk pada cekungan intranmontain, contohnya yang terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara serta Sulawesi Selatan.
2. Batubara neogen, yakni batubara yang terbentuk pada cekungan foreland, contohnya terdapat di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
3. Batubara delta, yakni endapan batubara yang terdapat di hampir seluruh Kalimantan Timur

Brown Coal vs Hard Coal menurut SNI 1998
1. Batubara coklat (Brown coal)
Batubara coklat (Brown coal) adalah jenis batubara yang paling rendah peringkatnya, bersifat lunak, mudah diremas, mengandung kadar air yang tinggi (10-70%), terdiri atas batubara coklat muda lunak (soft brown coal) dan batubara lignitik atau batubara cokelat keras (lignitik atau hard brown coal) yang memperlihatkan struktur kayu. Nilai kalorinya < 5700 kal/gr (dry mineral matter free).

2. Batubara keras (Hard coal)
Batubara keras (Hard coal) adalah semua jenis batubara yangperingkatnya lebih tinggi dari brown coal, bersifat lebih keras, tidak mudah diremas, kompak, mengandung kadar air yang relatif rendah, umumnya struktur kayunya tidak tampak lagi, relative tahan terhadap kerusakan fisik pada saat penanganan (coalhandling). Nilai kalorinya > 5700 kal/gr (dry mineral matter free).

Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat pembatubaraan. Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.

Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian. Untuk menentukan jenis batubara, digunakan klasifikasi American Society for Testing and Material (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983). Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon padat dan nilai kalori dalam basis dry, mineral matter free (dmmf). Untuk mengubah basis air dried (adb) menjadi dry, mineral matter free (dmmf) maka digunakan Parr Formulas (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983).

Rabu, 24 Juni 2015

Istilah Dalam Dunia Pertambangan (Batubara) : G – H

GAD : singkatan dari gross air-dried yang berarti nilai kalori contoh batubara yang dianalisis dilaboratorium setelah dikeringkan dalam suhu ruang kemudian diperhitungkan kembali dengan asumsi contoh tersebut berada dalam keadaan sebagaimana saat berada ditempat pengambilan contoh lainnya.
GAR : singkatan dari gross air-received yang berarti nilai kalori contoh batubara yang dianalisis dilaboratorium kemudian nilai tersebut diperhitungkan kembali dengan asumsi mengandung kandungan kelembaban sebagaimana contoh pada saat diambil ditempat penumpukan atau di ban berjalan atau ditempat pengambilan contoh lainnya.
Gambut : bahan seperti tanah rawa yang terbentuk terutama dari tumbuhan yang melapuk berwarna kekuning-kuningan sampai hitam kecoklat-coklatan. Dapat juga disebut sebagai endapan tumbuh-tumbuhan yang membusuk tidak sempurna terkumpul di dalam air yang tidak mengalir.
Gamma-gamma log : pengukuran atau penentuan dengan menggunakan sinar gamma dalam lubang bor yang berasal dari alat pemancar sinar gamma dan terpendar kembali dari batuan dan ditangkap oleh alat pencatat. Jumlah pendaran sinar gamma berbanding lurus dengan konsentrasi massa sehingga pengukuran menghasilkan log berat jenis dari formasi yang ditembus lubang bor setelah diadakan koreksi tertentu.
Gamma-ray logging : metoda loging lubang bor dengan memanfaatkan sifat radio aktif alami dari batuan yang di bor. Metoda ini dipakai untuk logging lubang bor yang tidak dapat dilog secara listrik akibat adanya batang bor (casing). Dengan log sinar gamma lapisan-lapisan batubara dapat diketahui karena mempunyai nilai gamma yang rendah dibandingkan dengan batubara serpihan, lempung atau serpih dalam pelapisan batuan.
Garis bakar  : batuan yang tersingkap berbentuk klinker keras akibat dibakar oleh lapisan batubara (yang terbakar spontan). Dapat juga berarti garis pertemuan antara batubara yang tidak terbakar dengan yang terbakar dibawah permukaan lapisan penutup.
Gas batubara  : gas yang dapat terbakar, berasal dari batubara yang diperoleh secara alami ditempat ia ditemukan (terbentuk) atau gas buatan dari batubara ataupun gas hasil proses gesifikasi batubara dibawah tanah. Gas batubara dapat pula diartikan sebagai bahan bakar gas dari batubara dengan komposisi 50% hidrogen, 30% metan, 8% karbon monoksida, 4% hidrokarbon lain dan 8% campuran karbon dioksida, nitrogen serta oksigen.
Gasifikasi : metoda atau untuk menghasilkan bahan bakar gas dari batubara.
Gasifikasi batubara : proses untuk mengubah batubara menjadi gas sintetis biasanya metan.
Gearless : kapal angkutan batubara atau jenis kargo lainnya yang tidak mempunyai sistem/peralatan pemuatan dan pembongkaran muatan.
Generasi : perioda sistem PKP2B yang berubah dari waktu ke waktu sesuaiketentuan berdasarkan keputusan presiden yang diawali dengan generasi I antara tahun 1981 – 1989, Generasi II tahun 1994 hingga 1997 dan generasi III dimulai tahun 1997 yang kemudian direncanakan di ubah selanjutnya menjadi generasi IV mulai tahun 2002. Pada generasi I nama sistem pengusahaan batubara disebut kontrak kerja sama batubara atau kontrak perjanjian kerja sama yang kemudian sistem ini namanya diubah menjadi PKP2B. 10 perusahaan beroperasi dalam sistem generasi I, 17 perusahaan beroperasi dalam sistem generasi II yang semuanya mulai pada tahun 1994 dan 107 peusahaan beroperasi dalam sistem generasi III mulai tahun 1997 hingga saat ini.
Geological section : potongan batuan secara alami atau gambar penampang geologi.
Geologi assurance : “ keyakinan geologi “, yaitu tingkat keyakinan atau kepastian atas suatu sumber batubara yang mempunyai jarak tertentu dari titik contoh batubara yang telah dianalisa baik kualitas maupun jumlah cadangannya demikian pula data geologi lainnya. Tingkat keyakinan itu bertambah dengan berkurangnya jarak antara sumber tersebut dengan titik referensi batubara tersebut.
Geologic evidence : “bukti geologi”, yakni informasi yang diperoleh dari pengamatan geologi yang dapat dipakai untuk menentukan keberadaan, ukuran, kedalaman, letak, struktur, tonase, sifat fisik dan sifat kimia dari lapisan batubara yang besar.
Geologic identification : “pengenalan geologi”, yakni keadaan telah dikenal secara lokasi, penyebaran daerah atau ukuran, kedalaman, jumlah dan kualitas sumber-sumber batubara.
Ghost coal  : “batubara hantu”, yakni jenis batubara khusus yang menimbulkan nyala api berwarna putih terang bila terbakar.
Gilir : waktu kerja tambang baku yang umumnya antara 6 jam – 8 jam dalam sehari semalam. Gilir dapat dibagi atas gilir 1 dan 2, gilir 1,2, dan 3, atau gilir 1, 2, 3 dan 4 ataupun gilir pagi, sore atau malam (gilir sama dengan shift).
Gieseler plastometer : alat laboratorium untuk mengukur kekentalan dari jenis-jenis batubara yang diuji untuk menentukan kualitas sebagai bahan pembentuk kokas. Alat ini mengukur kekentalan atau keplastisan contoh batubara yang digerus dan karbonisasi dengan pemanasanpada suhu 300º C – 600º C dengan penaikan suhu 3º C setiap menit. Ukuran keplastisan contoh itu diukur dan dinyatakan dalam satuan ddm (dial devision perminute) yang terdapat pada piringan alat ini.
Grab : Alat berupa singkup baja yang digerakkan dengan katrol untuk mengeruk dan menggenggam batubara yang akan dipindahkan dari tongkang dari tempat penumoukan keatas kapal.
Grab sample  : contohh batubara yang biasanya terdiri dari satu potong atau bongkah, dipilih dari lapisan atau tumpukan batubara, dari alat gali, alat angkut ataupun darimesin pencucian batubara.
Grade : kualitas (batubara) berdasarkan terutama kandungan belerang dan abu serta serta jenis abunya. Menurut kualitas, batubara dibagi atas berkualitas tinggi, sedang dan rendah.
Grindability       : sifat gerusan yakni mudah-tidaknya penggerusan batubara menjadi tepung sebagai bahan bakar khususnya dalam PLTU. Sifat tersebut ditentukan oleh sifat-sifat fisik batubara seperti kekerasan, kekuatan, kekompakan atau ketahanan dan bentuk pecahan batubara (lihat HGI)
Gross calorific value : nilai kalori kotor (lihat nilai kalori kotor dan GAR).
Grubbing : pekerjaan membongkar dan membuang sisa-sisa batang da akar-akar pepohonan sebagai langkah awal sebelum pengupasan tanah penutup batubara atau pekerjaan pemindahan tanah penutup lainnya. Pekerjaan tersebut biasanya dilakukan dengan alat-alat berat khususnya buldozer.
H : dapat berarti hidrogensi (hydrogenation). H juga berarti/singkatan dari kekerasan (hardness) batubara dan bahan lainnya.
Half second delay : bahan pelambat (delay element) peledakan dalam detonator yang waktu peledakannya dinyatakan dalam ukuran atau angka setengah detik.
Hammer mill : penggerus batubara dengan cara pemukulan dan penggesekan batubaradidalam alat gerus yang mempunyai batang-batang penggerus dibagian bawah alat. Dapat juga berarti alat penggerus batu dengan palu-palu pemukul yang berputar cepat pada sumbu alat gerus.
Handy max : kapal pengangkut batubara atau kargo lainnya yang berukuran 40.000 DWT –35.000 DWT.
Handy size  : kapal pengangkut batubara atau kargo/muatan lainnya yang berukuran sekitar 20.000 DWT – 35.000 DWT.
Hardgrove grindability index (HGI) : indeks kemampugerusan atau indeks kekerasan hardgrove, yakni ukuran/tingkat mudah atau sukarnya batubara digerus menjadi tepung batubara sebagai bahan bakar (khususnya pada PLTU). Indeks ini terdiri dari angka 0 – 100. Batubara denganindeks hardgove kurang dari 50 adalah keras sehingga sukar digerus menjadi tepung batubara yang memerlukan serangkaian alat alat penggerus yang mahal. Batubara yang mempunyai indeks hardgrove 50 keatas adalah batubara lunak sehingga mudah untuk digerus menjadi tepung.
Haulage : pengangkutan atau sistem pengangkutan batubara keluar tambang baik ditambang terbuka maupun di tambang dalam.
Haulback : metoda penambangan terbuka (strip mining/pengupasan berjalur) yang memungkinkan penempatan tanah kupasan lapisan penutup batubara secara teratur dan terkendali pada tempat yang telah dipilih terlebih dahulu.
Haul road : jalan angkutan, yakni jalan yang dibangun untuk lalu-lintas truk-truk pengangkut tonase besar. Jalan angkut ini biasanya tiodak mempunyai bagian mendaki lebih dari 17 persen pada lajur truk bermuatan.
High grading : cara penambangan batubara dengan mengambil batubara berkualitas tinggidan meninggalkan yang kurang baik. Secara teknis cara memilah-milah ini adalah ekonomis tetapidari segi konservasi sumber daya cara ini dipandang merugikan.
High wall : permuka kerja tambang terbuka atau kuari, khususnya tambang bat7ubara terbuka. Dapat pula berarti permuka atau lereng dibagian yang lebih tinggi dari tambang terbuka kontur.
Hopper : wadah atau bejana yang diisi dari dari atas dan lubang pengeluaran dibagian bawah.
Hopper car : gerbong atau gerobak yang berjalan diatas rel sengan lantai berbentuk kerucut untuk memudahkan pengeluaran muatan seperti batubara atau bahan curah/muruah lainnya.
Horseback : batuan atau bahan asing berbentuk “punggung kuda” atau onggokan besar dalam lapisan batubara yangdapat mengganggu penambangan batubara dan atau menyulitkan perencanaan produksi untuk suatu panel. Dapat juga berbentuk gulungan besar batuan pada lapisan batubara. lihat juga floor rolls. Kadang-kadang horse back ditemukan berupa urat (vein) lempung dalam lapisan batubara.
HQ : simbol ukuran garis tengah contohh inti bor dan ukuran, lubang bor sebesar 63.5 mm dan 96.1 mm masing-masing untuk garis tengah contohh inti dan lubang bor.
Hukum Hilts : hukum yang menyatakan bahwa peringkat batubara bertambah dengan semakin dalam tertimbun. Hal ini dipandang sebagai akibat tekanan lapisan penutup semakin besar menimbulkan suhu yang lebih tinggi dengan demikian menambah kualitas batubara. secara umum hukum Hilts berlaku tetapi banyak keadaan yang tidak mengikuti hukum ini.
Hyddraulic mining : sistem tambang batubara dengan menyemprotkan air beertekanan tinggi kelapisan batubara untuk merontokkan batubara. sistem ini cocok untuk lapisan batubara yang relatif tipis, lembut dan mempunyai banyak belahan.

tujuan explorasi

Selasa, 23 Juni 2015

EXPLORASI MINERAL DAN ENERGY

Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari :

1. Peninjauan (reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan mencari   prospek,2. Penilaian ekonomi prospek yang telah diketemukan, dan3. Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang

   Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan, lembaga pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya yang mencakup mulai dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan mineral. Sebaliknya ada beberapa negara, misalnya Perancis dan Uni Soviet (sebelum negara ini bubar) yaEng menggunakan istilah eksplorasi untuk kegiatan mencari mineralisasi dan prospeksi untuk kegiatan penilaian ekonomi suatu prospek (Peters, 1978). Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineralisasi. Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai dari mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitunya.


Pentahapan Dalam Perencanaan Kegiatan Eksplorasi

1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan

Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a. Studi Literatur
 
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei Dan Pemetaan

Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting.

Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.). Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.

2. Tahap Eksplorasi Detail

Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20 dan="" dapat="" demikian="" dengan="" dibuat="" dihindarkan.="" lebih="" menjadi="" perencanaan="" resiko="" sehingga="" span="" tambang="" teliti="" yang="">

Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.


Tahap Eksplorasi Dalam Penambangan

Tahapan Eksplorasi adalah tahapan yang kedua dilakukan dalam proses penambangan bahan galian setelah tahapan Prospeksi.
Disini Akan dibahas lebih lanjut tentang definisi Eksplorasi.
Materi juga diambil dari makalah yang saya buat dan bersumber dari internet,
PENGERTIAN EKSPLORASI
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Eksplorasi adalah Penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang keadaan, terutama sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu; penyelidikan;penjajakan.
Menurut situs Wikipedia berbahasa Inodenisia (id.wikipedia.org)
Eksplorasi adalah tindakan atau mencari atau melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan sesuatu; misalnya daerah yang tak dikenal, termasuk antariksa (penjelajahan angkasa), minyak bumi (explorasi minyak bumi), gas alam, batu bara, mineral, gua, air, ataupun informasi.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
Eksplorasi adalah kegiatan penyelidikan geologi yang dilakukan untuk mengidentifikasi,menetukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis/kajian kemungkinan dilakukanya penambangan.
Dari ke-tiga pengertian tentang eksplorasi diatas, dapat disimpulkan bahwa Eksplorasiadalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui ukuran,bentuk, posisi, kadar rata-rata dan esarnya cadangan serta “studi kalayakan” dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah diketemukan
Sedangkan Studi Kelayakan adalah pengkajian mengenai aspek teknik dan prospek ekonomis dari suatu proyek penambangan dan merupakan dasar keputusan investasi. Kajian ini merupakan dokumen yang memenuhi syarat dan dapat diterima untuk keperluan analisa bank/lembaga keungan lainnya dalam kaitannya dengan pelaksanaan investasi atau pembiayaan proyek. Studi ini meliputi Pemeriksaanseluruh informasi geologi berdasarkan lkaporan eksplorasi dan factor-faktor ekonomi, penambangan, pengolahan, pemasaran hokum/perundang-undangan, lingkungan, social serta factor yang terkait.


TUJUAN EKSPLORASI
Tujuan dilakukannya eksplorasi adalah untuk mengetahui sumber daya cebakan mineral secara rinci, yaitu unutk mengetahui,menemukan, mengidentifikasi dan menentukan gambaran geologi dam pemineralaran berdasarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitaas dan kualitas suatu endapan mineral unruk kemudian dapat dilakukan pengembangan secara ekonomis.
Tahap Eksplorasi
Tahap Eksplorasi dilaksanakan melalui empat tahap,yakni :
Survei tinjau , yaitu kegiatan explorasi awal terdiri dari pemetaan geologi regional, pemotretan udara,citra satelit dan metode survey tidak langsung lainnya untuk mengedintifikasi daerah-derah anomial atau meneraliasasi yang proespektif untuk diselifdiki lebih lanjut.
Sasaran utama dari peninjauan ini adalah mengedintifikasi derah-daerah mineralisasi/cebakan skala regional terutama hasil stud geologi regional dan analisis pengindraan jarak jauh untuk dilakukannya pekerjaan pemboran.
Lebih jelasnya, pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini adalah :
Pemetaan Geologi dan Topografi skala 1 : 25.000 samapai skala 1 : 10.000. Penyelidikan geologi yang berkaitan dengan aspek-aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi,parit uji, sumur uji. Pada penyelidikan geologi dilakukan pemetaan geologi yaitu dengan melakukan pengamatan dan pengambilan contoh yang berkaitan dengan aspek geologi dilapangan. Adapun pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan contoh berupa batuan terpilih.
Pembuatan Sumur Uji
Survey geofisika : aerimagnet
Hasisnya sumber daya emas hipotetik sampai tereka.
  • Prospeksi Umum, dilakukan untuk mempersempit dearah yang mengandung cebakan mineral yang potensial.
Kegiatan Penyelidikan dilakukan dengan cara pemetaan geologi dan pengambilan contoh awal, misalnya puritan dan pemboran yang terbatas, study geokimia dan geofisika, yang tujuanya adalah untuk mengidentifikasi suatu Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resources) yagn perkiraan dan kualitasnya dihitung berdasarkan hasil analisis kegiatan diatas.
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap Survei Tinjau. Cakupan derah yang diselidikii lebih keci dengan skala peta antara 1 : 50.000 sampai dengan 1 : 25.000. Data yang didapat meliputi morfologi (topografi) dan kondisi geologi (jenis batuan/startigrafi dan struktur geollogi yang berkembang). Pengambilan contoh pada derah prospek secara alterasi dan mineralisasi dilakukan secara sistematis dan terperinci untuk analisa laboratorium, sehinga dapat diketahui kadar/kualitas cebakan mineral suatu daerah yang akan dieksplorasi.
  • Exsplorasi awal, yaitu deliniasi awal dari suatu endapan yang teredintifikasi.
  • Exsplorasi rinci, yaitu tahap explorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam tiga dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari dari percontohan singkapan,puritan, lubang bor, shafts, dan terowongan.


Pada dasarnya pekerjaan yang dilakukan pada tahapan Exsplorasi adalah :

  1. Pemetaan geologi dan topografi skala 1 : 5000 sampai 1 : 1000
  2. Pengambilan contoh dan analisis contoh
  3. Penyelidikan geofisika, yaitu penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik batuan, untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan sefrta geometri cebakan mineral. Pada survey ini dilakukan pengukuran topografi, IP, Geomangit, Geolistrik.
  4. Pemboran Inti

Hasilnya sumber daya bijih emas terunjuk dan terukur.


PROGRAM EKSPLORASI
Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekoomis, dan tepat sasaran, maka diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar eksplorasi sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan.
Prinsip-prinsip konsep dasar eksplorasi tersebut antara lain:

  1. Target eksplorasi
  2. Jenis bahan galian (spesifikasi kulitas
  3. Pencarian model-model geologi yang sesuai
  4. Pemodelan eksplorasi
  5. Mengunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target eksplorasi
  6. Menentukan midel geologi local berdasarkan keadaan lapangan, dan mendeskripsikan petunjuk-petunjuk geologi yang akan di mamfaatkan.
  7. Penentuan metode –metode eksploarasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk geologi yang diperlukan.

Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenehui kaidah-kaidah dasar dan perancangan (desain) yaitu :

  1. Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harussesuai dengan keadaan geologi endapan yang dicari.
  2. Efesien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi yaitu dengan biaya serendah-rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesarnya-besarnya.

Cost-benifical ; hasil yang diperoleh dapat digunakan (bankable)

SDM Berkualitas untuk Eksplorasi SDA Migas

14 Maret 2015 02:21:32 Dibaca :
Industri hulu migas merupakan industri utama yang melahirkan berbagai macam produk pada industri hilir. Beberapa diantaranya yaitu nilon, bijih plastik, parafin, senyawa aromatik untuk parfum maupun kosmetik dan lain-lain. Sumber daya alam minyak bumi adalah pondasi bagi kebutuhan manusia dalam segala bidang. Mulai dari transportasi dengan pilar utama sebagai bahan bakar, kimia, kecantikan, dan teknologi.
Kegiatan industri hulu terdiri atas kegiatan eksplorasi dan produksi. Eksplorasi yang meliputi studi geologi, studi geofisika, survei seismik, dan pengeboran eksplorasi, adalah tahap awal dari seluruh kegiatan usaha hulu migas. Memang tidak mudah untuk mendapat 100 % minyak mentah dalam pengeboran. Saat mengebor biasanya terdapat sedikit crude oil, yaitu kurang lebih 10 %. Maka yang adalah lumpur dan air. Namun ada sebagian daerah yang menghasilkan minyak mentah 50% lebih banyak. Sebelumnya juga perlu dilakukan pencarian minyak bumi yaitu dengan survey geologi, geofisika dan seismik untuk mengetahui adanya kemungkinan adaya sumber minyak bumi atau gas bumi.
A. Proes Pencarian
Prose pencarian (eksplorasi) minyak bumi dari perut bumi dilakukan oleh ahli geologis. Cara modern yang digunakan oleh geologis dalam mencari minyak bumi dengan menggunakan pencitraan satelit dan menganalisa permukaan bebatuan. Setelah ahli geologis melakuakan serangkaian analisa dan menyatakan bahwa lokasi tersebut ada minyak, maka tugas selanjutnya diambil alih oleh ahli geofisika.
Para ahli geofisika mempelajari sifat-sifat fisik dari lapisan tanah. Berbagai metode digunakan dalam tahapan ini untuk mendukung hasil yang telah didapat oleh ahli geologis. Peralatan yang digunakan untuk pencarian minyak bumi ini seperti Gravimetry (untuk mengukur adanya aliran minyak karena adanya sedikit perbedaan gravitasi bumi), Magnetometry (untuk mengukur perubahan medan magnetik akibat adanya aliran minyak), dan Sniffers yang berupa alat elektronik yang digunakan untuk mendeteksi bau hidrokarbon. Yang paling sering sering digunakan adalah seismologi, yaitu dengan menggunakan pemicu getaran dan penerima sinyal.
B.Proses Pengeboran
Selanjutnya setelah pencarian selesai dilakukanlah proses pengeboran minyak bumi. pemboran sendiri dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pemboran antara lain. Berdasarkan tujuan pengeboran:
a. Pengeboran Explorasi
Tujuan dari pengeboran Explorasi ialah mengetahui atau membuktikan suatu cekungan atau lapisan kerak bumi yang mengandung Minyak Bumi.Data-data sebelumnya belum ada dari pengeboran seningga memerlukan perencanaan yang matang untuk memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi selama proses Pengeboran Explorasi tersebut. Selain memperhitungkan kemungkinan -kemingkinan diatas, pengamatan selama Pengeboran harus dilakukan terus menerus karena kedalaman lapisan batuan maupun sifat lapisan batuan yang akan ditembus belum diketahui, bahkan kedalam yang akan ditembus belum pasti karena mengikuti data dari serbuk pengeboran core dan data logging. Sumur Explorasi sering juga disebut dengan istilah Wild Cat. Apabila ditemukan kasus Pengeboran explorasi tersebut tidak menemukan sesuatu atau tidak menemukan reservoir tersebut kosong, sumur explorasi itu disebut Dry Hole.
b. Pengeboran Delinasi
Pengeboran ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran Reservoir, mencari batas dan ketebalan Reservoir tersebut. Pengeboran ini biasanya tidak terlalu menghabiskan biaya karena sudah ada data dari pengeboran Eksplorasi sebelumnya. Untuk menentukan bats Reservoir maka dilakukan pengeboran Deliniasi untuk jarak - jarak tertentu dari sumur yang pertama. Sumur yang kedua menembus minyak sangat tipis, dan air yang tebal. Ini dapat dikatakan sebagai Resesrvoir minyak. Sumur yang ketiga masih menembus  minyak yang tebal dan air yang cukup tebal. Untuk itu dilakukan pengeboran yang keempat pada jarak ntertentu dari sumaur yang kedua. Ternyata sumur keempat hanya menemukan air yang tebal. Sehingga batas minyak dan air adalah antara sumur ketiga dan sumur keempat. Selanjutnya berdasarkan ketebalam minyak dari setiap sumur dibuat peta isopach yang digunakan untuk menghitung volume batuan yang mengandung minyak.
c. Pengeboran Eksploitasi
Pengeboran ini bertujuan untuk meningkatkan pengurasan terhadap Reservoir produksi sekaligus meningkatkan volume produksi. Pengeboran sumur Eksploitasi memerlukan biaya yang jauh lebih murah karena data sumur sudah lengkap seperti kedalaman dan ketebalan Reservoir, jenis dan sifat batuan yang ditembus mata bor. Sumur Eksplorasi dapat diubah fungsinya menjadi sumur Eksploitasi . Sumur yang memproduksikan minyak disebut dengan sumur produksi. Dan Pengeboran Exploitasi juga dibedakan berdasarkan tempatnya dan berdasarkan bentuknya.
C.Tahap produksi

Apabila pemboran telah mencapai formasi yang merupakan terget terakhir dan pemboran telah selesai, maka sumur perlu dipersiapkan untuk diproduksikan. Persiapan atau penyempurnaan sumur untuk diproduksikan ini disebut dengan well completion. Padawell completion dilakukan pemasangan alat-alat dan perforasi apabila diperlukan dalam usahanya untuk mengalirkan hidrokarbon ke permukaan. Tujuannya adalah untuk menyerap hidrokarbon secara optimal.
Dalam hal eksplorasi migas diperlukan para tenaga ahli dalam melakukan kegiatan tersebut. Termasuk dalam bidang teknik mesin, teknik perminyakan, dan juga HSE. Di Indonesia sendiri sudah cukup banyak universitas maupun akademi yang memiliki jurusan dibidang perminyakan. Lulusan-lulusan terbaik menjadi masa depan bangsa dalam bidangnya. Untuk keahlian mereka juga tidak kalah saing dengan dunia internasional. Meskipun begitu SDA Migas di Indonesia kurang maksimal dalam pemanfaatan untuk kesejahteraan rakyat. Buktinya kita masih saja mempermasalahkan soal adanya BBM.
Menurut Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat produksi minyak mentah dan kondensat sampai saat ini hanya 827 ribu-828 ribu barel per hari. Kendala produksi kemungkinan bisa terjadi karena tidak bisa terambil pompa (dead stock), kendala operasional lain seperti pemeliharaan dan eksternal seperti perizinan dan lahan. Hal itu tentu saja masih tertinggal jauh dari Rusia dan Arab Saudi. Rusia menjadi negara penghasil minyak terbesar di dunia dengan produksi minyak sebesar 10.540.000 barrel/hari atau 12,1% bagian dari produksi minyak dunia, menurut data CIA Factbook. Negara yang dulu dikenal dengan Uni Soviet ini memiliki sumber daya energi yang melimpahdan menjadi produsen minyak bumi terbesar serta penghasil gas alam terbesar kedua di dunia. Rusia disebut sebagai negara adidaya energi karena menjadi produsen dan eksportir energi seperti minyak bumi dan gas alam terkemuka di dunia. Disusul Arab Saudi dengan produksi 8.800.000 barrel/hari atau 10,6 % dari produksi minyak dunia menurut CIA Factbook. Kemudian Amerika Serikat 7.800.000 barrel/hari atau sebesar 8,9 % dari produksi minyak dunia, angka tersebut berbanding jauh dengan 827.000 barel per hari. Bahkan, kita juga tertinggal dengan negara tetangga kita seperti Singapura. Kenapa demikian? Itu karena Indonesia menjual minyak mentahnya ke Singapura untuk kemudian membeli minyak hasil penyulingannya dari sana. Pertamina tidak sanggup mengolah semua minyak mentah hasil tambang maka dijuallah ke Singapura untuk kemudian dibeli lagi dalam bentuk BBM bersubsidi. NKRI setiap tahun mengimpor BBM dari Singapura sebanyak 500.000 bph dengan nilai Rp 17 triliun. Kalau harga rata-ratanya per liter adalah 10.000 Rupiah. Hal ini tidak sebanding dengan harga jual BBM bersubsidi yang dipatok 6.900 per liter. Apa yang salah dengan bangsa kita. Para penerus bangsa didik dengan keahlian masing-masing. Banyak dari kita adalah orang-orang yang cerdas. Tidak sedikit anak bangsa berkiprah di dunia internasional. Entah karena ketidak percayaan pemerintah Indonesia atau mereka yang memilih untuk keluar setelah berhasil. Terdapat beberapa argumen yang mengatakan kurang adanya perharian dan fasilitas untuk mereka berinovasi sehingga mereka memilih berkerja di luar negeri yang mengutamakan penghargaan atas kerja keras.
Sekarang tidak ada gunanya lagi untuk mengeluh atau saling melempar kesalahan. Tidak membanding-bandingkan dengan apa yang diperoleh negara lain. Kita hanya perlu menamkan rasa percaya diri bangsa ini untuk terus maju. Menjadikan sikap peduli dan saling percaya agar bersama kita bangkit. Didasari dengan kejujuran yang merupakan harga mahal untuk saat ini.